Senin, 13 April 2009

sample

Contoh kalimat (2) jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai makna bahwa rumah itu milik tuan Tanaka dan bukan milik siapa pun. Dalam kasus ini, partikel no berfungsi untuk menyatakan kepemilikan. Tetapi pada kalimat (3), Yamada sensei wa Eigo no sensei desu bukan berarti sensei kepunyaan Eigo, melainkan kata Eigo menerangkan sensei. Pada kasus ini, partikel (111) tidak menyatakan kepemilikan melainkan menunjukkan bahwa nomina yang pertama menerangkan yang kedua.
partikel (111) sebagai kakujoshi memiliki fungsi dan makna. Berdasarkan
fungsinya partikel (111) sebagai kakujoshi dibagi menjadi:
1. Dipakai antara dua nomina, menunjukkan bahwa yang pertama memodifikasi yang kedua.
Dalam fungsi ini, partikel (111) sebagai kakujoshi memiliki fungsi untuk menyatakan kepemilikan.
2. Dipakai untuk menggantikan (222) yang berfungsi menunjukkan subjek klausa pelengkap yang menerangkan nomina.
Makna partikel (111) sebagai kakujoshi
Partikel (111) memiliki makna sebagai berikut:
Pada contoh di atas, di lihat dari artinya partikel (111) memiliki makna
asal. Partikel (111) dalam kalimat (49) memiliki arti ‘yang ada di’,
patikel (111) memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi dalam kalimat.
Partikel (111) dalam penggunaannya di dalam suatu kalimat, memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi, yaitu juntaijoshi dan shuujoshi. Kedua jenis dari joshi ini, memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Pada umumnya juntaijoshi memiliki kemiripan dengan kakujoshi, sedangkan shuujoshi berbeda dengan kakujoshi. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian partikel (111) di akhir suatu kalimat yang memiliki makna berbeda dan beragam.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa fungsi partikel (111) sebagai kakujoshi dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu dipakai antara dua nomina untuk menunjukkan bahwa yang pertama memodifikasi yang kedua, seperti menunjukkan kepunyaan, menunjukkan letak atau tempat, menunjukkan bahwa nomina yang pertama menerangkan yang kedua, dan menunjukkan dua nomina sebagai keterangan tambahan. Kemudian partikel (111) sebagai kakujoshi juga memiliki fungsi yang lain, yaitu untuk menggantikan joshi ga yang berfungsi menunjukkan subjek klausa pelengkap yang menerangkan
2. Di dalam fungsinya, partikel (111) sebagai kakujoshi dapat menjelaskan hubungan antara nomina yang pertama dengan nomina yang kedua sebagai nomina yang diterangkan atau nomina yang menerangkan.
nomina.
3. Partikel (111) sebagai kakujoshi memiliki beberapa makna yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang, seperti menyatakan arti ‘milik atau punya’, menyatakan arti ‘pada’, menyatakan arti ‘dari’, menyatakan arti ‘yang’, dan menyatakan arti ‘yang ada di’.
4. Dalam pemakaiannya, partikel (111) mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat sehingga memiliki makna.
5. Partikel (111) juga memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi, yaitu sebagai juntaijoshi.
6. Selain sebagai juntaijoshi, partikel (111) juga memiliki kedudukan yang lain yaitu sebagai shuujoshi.

Rabu, 08 April 2009

Joshi No Sebagai Kakujoshi

Djoko Kentjono dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Umum menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kentjono, 1997:2). Bahasa memiliki sistem lambang bunyi yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Selain itu dapat digunakan pula untuk bekerjasama dengan kelompok sosial karena beraneka ragam kelompok masyarakat yang dilihat dari jenis kelamin, sosial, ekonomi, dan budaya. 
Joshi disebut juga partikel, yaitu kata bantu yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mengalami perubahan bentuk (Sudjianto, 2000:1). Joshi diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu fukujoshi, kakujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi. No merupakan bagian dari kakujoshi. Partikel no pada dasarnya dapat dipakai untuk menggabungkan dua buah nomina. Nomina yang ada sebelum partikel no menjadi kata keterangan bagi nomina yang ada setelah partikel no.

Contoh kalimat (2) jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai makna bahwa rumah itu milik tuan Tanaka dan bukan milik siapa pun. Dalam kasus ini, partikel no berfungsi untuk menyatakan kepemilikan. Tetapi pada kalimat (3), Yamada sensei wa Eigo no sensei desu bukan berarti sensei kepunyaan Eigo, melainkan kata benda Eigo menerangkan sensei. Pada kasus ini, partikel no tidak menyatakan kepemilikan melainkan menunjukkan bahwa partikel no menjadi penghubung antara nomina yang pertama menerangkan yang kedua. 
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada hal-hal berikut.
1. Apakah fungsi partikel no dalam kalimat?
2. Apakah makna partikel no dalam kalimat?
3. Apakah partikel no memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi dalam kalimat?

Joshi no sebagai kakujoshi memiliki fungsi dan makna. Berdasarkan fungsinya joshi no sebagai kakujoshi dibagi menjadi:
1. Dipakai antara dua nomina, menunjukkan bahwa yang pertama memodifikasi yang kedua.
Dalam fungsi ini, joshi no sebagai kakujoshi memiliki fungsi untuk menyatakan kepemilikan.
Subjek kalimat (24) adalah sore ‘itu’ dan Satou san no kuruma ‘mobil punya Satou’ adalah objek kalimat. Dalam objek kalimat tersebut terdapat joshi no yang diletakkan di antara dua nomina. Joshi no menerangkan nomina pertama, yaitu Satou-san memiliki nomina kedua, yaitu kuruma ‘mobil’. 
2. Dipakai untuk menggantikan ga yang berfungsi menunjukkan subjek klausa pelengkap yang menerangkan nomina. 
Pada contoh kalimat di atas, joshi no menggantikan posisi joshi ga untuk menunjukkan subjek klausa pelengkap yang menerangkan nomina. 

Makna Joshi no sebagai kakujoshi
Joshi no memiliki makna sebagai berikut:
Pada contoh di atas, di lihat dari artinya joshi no memiliki makna asal. Joshi no dalam kalimat (49) memiliki arti ‘yang ada di’, maka Nihon no wakamono dalam kalimat Sou desune? Genzai no Nihon no wakamono to onaji desune dapat diartikan menjadi ‘Begitu ya? Sama dengan anak muda yang ada di Jepang sekarang ya’.

Joshi no memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi dalam kalimat.
 Joshi no dalam penggunaannya di dalam suatu kalimat, memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi, yaitu juntaijoshi dan shuujoshi. Kedua jenis dari joshi ini, memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Pada umumnya juntaijoshi memiliki kemiripan dengan kakujoshi, sedangkan shuujoshi berbeda dengan kakujoshi. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian joshi no di akhir suatu kalimat yang memiliki makna berbeda dan beragam. 

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa fungsi joshi no sebagai kakujoshi dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu dipakai antara dua nomina untuk menunjukkan bahwa yang pertama memodifikasi yang kedua, seperti menunjukkan kepunyaan, menunjukkan letak atau tempat, menunjukkan bahwa nomina yang pertama menerangkan yang kedua, dan menunjukkan dua nomina sebagai keterangan tambahan. Kemudian joshi no sebagai kakujoshi juga memiliki fungsi yang lain, yaitu untuk menggantikan joshi ga yang berfungsi menunjukkan subjek klausa pelengkap yang menerangkan nomina. 
2. Di dalam fungsinya, joshi no sebagai kakujoshi dapat menjelaskan hubungan antara nomina yang pertama dengan nomina yang kedua sebagai nomina yang diterangkan atau nomina yang menerangkan. 
3. Joshi no sebagai kakujoshi memiliki beberapa makna yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang, seperti menyatakan arti ‘milik atau punya’, menyatakan arti ‘ada di’, menyakan arti ‘pada’, menyatakan arti ‘dari’, menyatakan arti ‘yang’, dan menyatakan arti ‘yang ada di’. 
4. Dalam pemakaiannya, joshi no mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat sehingga memiliki makna. Jika di dalam suatu kalimat hanya terdapat joshi no saja yang digunakan, maka joshi no tidak memiliki makna. 
5. Joshi no juga memiliki kedudukan selain sebagai kakujoshi, yaitu sebagai juntaijoshi. Joshi no sebagai juntaijoshi memiliki beberapa fungsi seperti dipakai untuk menunjukkan nomina yang bersifat abstrak yaitu untuk menjelaskan nomina yang tidak diungkapkan secara nyata dalam suatu kalimat, dipakai untuk menominakan verba dan adjektiva, dan dipakai di depan jodoushi desu. Joshi no yang diletakkan di depan jodoushi desu berfungsi untuk melembutkan gaya penuturan kalimat dan untuk menegaskan sebab akibat dari suatu peristiwa dalam kalimat.
6. Selain sebagai juntaijoshi, joshi no juga memiliki kedudukan yang lain yaitu sebagai shuujoshi. Joshi no sebagai shuujoshi diletakkan pada akhir kalimat dan memiliki fungsi gramatikal, yaitu untuk melembutkan gaya penuturan kalimat dan sering digunakan sebagai cirri dari logat oleh wanita dalam percakapan sehari-hari.